Selasa, 18 Maret 2014

PERBEDAAN WI-FI DAN BLUETOOTH

Nama : Riyan Hardianto
Kel : A
NPM : 432007006110146  

  Jangkauan
Dalam hal jangkauan, Wi-Fi memiliki keunggulan dibandingkan dengan Bluetooth. Wi-Fi memiliki jangkauan 300 meter dari simpul jaringan, sedangkan Bluetooth hanya memiliki jangkauan sekitar 30 kaki (9.144 meter).
-         Standar
Untuk masalah standar, Bluetooth dan Wi-Fi juga memiliki perbedaan. Instalasi Bluetooth dipasang pada standar 2.0 bluetooth, sedangkan instalasi Wi-Fi dipasang pada standar 802.11n.
-         Sambungan dan Instalasi
Dalam masalah sambungan dan instalasi, ternyata keduanya juga memiliki perbedaan mencolok. Bluetooth tidak memerlukan instalasi dan konfigurasi dalam pembentukan jaringannya. Hal ini disebabkan karena cara kerja Bluetooth yang sangat sederhana, hanya tinggal mengaktifkan perangkat Bluetooth untuk tiap devices yang diinginkan, maka dengan sendirinya koneksi antar devices tersebut akan terbentuk. Lain halnya dengan Wi-Fi, untuk teknologi yang satu ini kita memerlukan konfigurasi atau pengaturan instalasi. Kita harus melakukan konfigurasi pada instalasi router dan modem agar bisa mengaktifkan jaringan Wi-Fi.
-         Jenis Jaringan
Untuk masalah jenis jaringan, juga terdapat perbedaan mencolok di antara keduanya. Untuk Wi-Fi, jenis jaringan yang tercipta adalah LAN (Local Area Network) nirkabel (tanpa kabel). Sedangkan untuk Bluetooth adalah PAN (Personal Area Network). Kedua jenis jaringan itu adalah berbeda satu sama lain, baik dari sesi kegunaan, maupun daya kapasitas pentransferan data yang diinginkan pun berbeda, terutama dari segi privasi.
-         Kecepatan Transfer Data
Untuk kecepatan transfer data, Bluetooth bisa mencapai 800 kbps, sedangkan Wi-Fi bisa mencapai 14 Mbps. Dari perbandingan tersebut, tampak bahwa Wi-Fi jauh mengungguli Bluetooth dalam hal kecepatan. Hal ini disebabkan karena Wi-Fi menggunakan Spread Spectrum Frecuency Hopping (SSFH) yang pada intinya adalah Spread pada Wi-Fi lebih stabil dan lebih cepat ketimbang bluetooth yang hanya menggunakan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Tetapi kemudian timbul permasalahan baru, yaitu tentang kerentanan keamanan  data itu sendiri dalam jaringan WiFi. Dalam jaringan Wi-Fi, transfer data sangatlah mudah untuk dibajak, sedangkan dalam lingkup bluetooth tidak demikian. Permasalahan bluetooth sendiri lebih terletak pada cepatnya penyebaran virus yang bisa dilakukan melalui jaringan tersebut. Tentunya ini akan sangat merugikan.
-         Penerapan Penggunaan Bluetooth dan Wifi
Perbedaan terakhir di antara Bluetooth dengan Wi-Fi terletak pada penggunaannya. Bluetooth biasanya digunakan untuk mentransfer data-data berukuran relatif kecil, sedangkan Wi-Fi bisa digunakan untuk mentransfer data-data yang berukuran relatif besar

Senin, 24 Februari 2014

CARA KERJA GSM DAN CDMA

NAMA : RIYAN HARDIANTO
KEL : A
NPM : 432007006110147


Sistem Kerja Jaringan GSM
Alokasi spektrum frekuensi untuk GSM awalnya dilakukan pada tahun 1979. Spektrum ini terdiri atas dua buah sub-band masing-masing sebesar 25MHz, antara 890MHz - 915MHz dan 935MHz - 960MHz. Sebuah sub-band dialokasikan untuk frekuensi uplink dan sub-band yang lain sebagai frekuensi downlink.
Akibat kenaikan redaman atas kenaikan frekuensi, biasanya sub-band terendah dipakai untuk uplink, agar daya yang ditransmisikan oleh MS (mobile system atau lebih dikenal handphone) ke BTS (Base Transmitter Station yaitu seperti sentral telepon di PSTN/POTS, namun memiliki fungsi lebih) tidak perlu besar. Kalau digunakan sub-band yang satu lagi, mungkin anda perlu melakukan recharge batere handphone berulang kali untuk mendapatkan kualitas sama dengan saat ini.
Kemudian kedua sub-band tersebut dibagi lagi menjadi kanal-kanal, sebuah kanal pada satu sub-band memiliki pasangan dengan sebuah kanal pada sub-band yang lain. Tiap sub-band dibagi menjadi 124 kanal, yang kemudian masing-masing diberi nomor yang dikenal sebagai ARFCN (Absolute Radio Frequency Channel Number). Jadi sebuah MS yang dialokasikan pada sebuah ARFCN akan beroperasi pada satu frekuensi untuk mengirim dan satu frekuensi untuk menerima sinyal.
Pada jaringan GSM, jarak antar pasangan dengan ARFCN sama selalu 45MHz, dan bandwidth tiap kanal sebesar 200kHz. Kanal pada tiap awal sub-band digunakan sebagai guard band. Silakan anda hitung, maka spektrum GSM akan menghasilkan 124 ARFCN, masing-masing diberi nomor 1 sampai 124. Kanal sebanyak 124 inilah yang nantinya dibagi-bagi buat operator-operator GSM yang ada di suatu negara.
Untuk mengantisipasi perkembangan jaringan di masa mendatang, telah dilokasikan tambahan 10MHz frekuensi pada masing-masing awal sub-band. Ini dikenal sebagai EGSM (Extended GSM). Jadi spektrum EGSM ini 880MHz - 915MHz buat uplink dan 925MHz - 960MHz buat downlink. Hal tersebut memberi tambahan 50 ARFCN menjadi 174. Tambahan ARFCN ini diberi nomor 975 - 1023.
GSM merupakan teknologi untuk pelayanan telepon selular digital dimana GSM bekerja berdasarkan metode multiplexing TDMA (Time Division Multiple Accesss) dan FDMA (Frequency Division Multiple Accesss).
TDMA (Time Division Multiple Accesss)
Pada metode TDMA tiap pengguna akan menggunakan seluruh spectrum frekuensi tertentu yang disediakan tetapi dalam waktu yang singkat yang disebut slot waktu (time slot). Tiap pengguna mendapatkan sebuah slot waktu yang berulang secara periodis dan hanya diijinkan untuk mengirim informasi pada slot waktu tersebut. Antar slot waktu diberi jeda waktu (guard time) untuk menghindari interferens antar pengguna. Jika slot waktu dalam frekuensi yang diberikan sedang digunakan semua, maka pengguna berikutnya harus diberikan slot waktu dengan frekuensi yang berbeda. Cara kerja system TDMA diilustrasikan pada gambar berikut :
Fundamental unit dari waktu pada TDMA disebut burst period dimana besarnya 15/26 ms (0,577 ms). Delapan burst period dikelompokkan ke dalam TDMA frame (120/26 ms atau 4,615 ms), dimana membentuk unit dasar untuk pendefinisian dari logical channel. Satu channel adalah satu burst periode per TDMA frame.  Channel didefinisikan berdasarkan cacah dan posisi dari burst period yang berkaitan. Semua pendefinisian ini merupakan siklus, dan pola keseluruhan berulang kira-kira setiap 3 jam. Channel dapat dibagi ke dalam dedicated channel, di mana dialokasikan untuk mobile station, dan common channel, di mana digunakan oleh mobile station dalam idle mode (keadaan diam).
 FDMA (Frequency Division Multiple Accesss)
FDMA melakukan pembagian frekuensi dari bandwidth maksimum 25Mhz ke dalam 124 gelombang karier berfrekuensi 200kHz. Satu atau lebih dari gelombang carrier ini ditransimisikan ke tiap base station. Setiap frekuensi dari gelombang carrier ini akan dibagi dalam waktu, menggunakan skema TDMA.
 DCS 1800
Seiring dengan evolusi GSM, diputuskan untuk menerapkan teknologi ini pada PCN (Personal Communication Networks). Hal ini membutuhkan perubahan pada interafce udara untuk memodifikasi frekuensi operasinya. Frekuensi modifikasinya antara 1710MHz - 1785MHz untuk uplink dan 1805MHz - 1880MHz untuk downlink. Teknik ini menyediakan 374 ARFCN dengan pemisahan frekuensi sebesar 95MHz antara uplink dan downlink.
Teknik PCN ini dikembangkan di Eropa, khususnya di Inggris. Di Inggris (Raya) ARFCN ini telah dibagi-bagi antara keempat operator jaringan yang ada di sana. Dua di antaranya, Orange dan One to One, beroperasi pada daerah GSM 1800, sementara dua yang lainnya, Vodafone dan Cellnet, telah dialokasikan kanal GSM 1800 pada puncak jaringan GSM 900 mereka. ARFCN ini diberi nomor 512 - 885. Porsi pada puncak band digunakan oleh DECTs (Digital Enhanced Cordless Telephony).
 PCS 1900
PCS 1900 merupakan adaptasi GSM yang lain ke dalam band 1900MHz. Teknik ini digunakan di Amerika Serikat di mana FCC (Federal Communication Commission) telah membaginya menjadi 300 ARFCN dan mengumumkan lisensi pada berbagai macam operator untuk mengimplementasikan jaringan GSM. Pemisahan frekuensinya sebesar 80MHz, dan pembagian frekuensinya adalah 1850MHz - 1910MHz untuk uplink dan 1930MHz - 1990MHz untuk downlink.
Teknik Modulasi dan Bandwidth
Teknik modulasi yang digunakan pada GSM adalah GMSK (Gaussian Minimum Shift Keying). Teknik ini bekerja dengan melewatkan data yang akan dimodulasikan melalui Filter Gaussian. Filter ini menghilangkan sinyal-sinyal harmonik dari gelombang pulsa data dan menghasilkan bentuk yang lebih bulat pada ujung-ujungnya. Jika hasil ini diaplikasikan pada modulator fasa, hasil yang didapat adalah bentuk envelope yang termodifikasi (ada sinyal pembawa). Bandwidth envelope ini lebih sempit dibandingkan dengan data yang tidak dilewatkan pada filter gaussian.
Bandwidth yang dialokasikan untuk tiap frekuensi pembawa pada GSM adalah sebesar 200kHz. Pada kenyataannya, bandwidth sinyal tersebut lebih besar dari 200kHz, bahkan setelah dilakukan pemfilteran gaussian pun hal itu tetap terjadi. Akibatnya sinyal akan memasuki kanal-kanal di sebelahnya. Jika pada satu sel (akan dijelaskan kemudian) terdapat BTS dengan frekuensi pembawa yang sama atau bersebelahan kanal, maka akan terjadi interferensi akibat overlapping tersebut. Begitu juga jika sel-sel yang bersebelahan memiliki frekuensi pembawa sama atau berdekatan. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa dalam satu sel atau antara sel-sel yang berdekatan tidak boleh menggunakan kanal yang sama atau berdekatan.
 Pembagian Sel
Pembagian area dalam kumpulan sel-sel merupakan prinsip penting GSM sebagai sistem telekomunikasi selular. Sel-sel tersebut dimodelkan sebagai bentuk heksagonal. Tiap sel mengacu pada satu frekuensi pembawa / kanal / ARFCN tertentu. Pada kenyataannya jumlah kanal yang dialokasikan terbatas, sementara jumlah sel bisa saja berjumlah sangat banyak. Untuk memenuhi hal ini, dilakukan teknik pengulangan frekuensi (frequency re-use). Antara sel-sel yang berdekatan frekuensi yang digunakan tidak boleh bersebelahan kanal atau bahkan sama.
Jelas bahwa semakin besar jumlah himpunan kanal, semakin sedikit jumlah kanal tersedia per sel dan oleh karenanya kapasitas sistem menurun. Namun, peningkatan jumlah himpunan kanal menyebabkan jarak antara sel yang berdekatan kanal semakin jauh, dan ini mengurangi resiko terjadi interferensi. Sekali lagi, desain sistem GSM memerlukan kompromi antara kualitas dan kapasitas.
Pada kenyataannya, model satu sel dengan satu kanal transceiver (TRx, tentunya menggunakan antena omni-directional) jarang digunakan. Untuk lebih meningkatkan kapasitas dan kualitas, desainer melakukan teknik sektorisasi. Prinsip dasar sektorisasi ini adalah membagi sel menjadi beberapa bagian (biasanya 3 atau 6 bagian; dikenal dengan sektorisasi 120o atau 30o). Tiap bagian ini kemudian menjadi sebuah BTS (Base Transceiver Station). Kebanyakan vendor memperbolehkan sampai dengan 4 TRx per BTS untuk sektorisasi 120o. Jika digunakan TDMA pada TRx, menghasilkan 8 kanal TDMA tiap TRx, Anda bisa menghitung bahwa dalam satu sel dapat menampung trafik yang setara dengan 3 X 4 X 8 = 96 kanal TDMA atau sebesar 82,42 erlang dengan GoS 2%. (Erlang merupakan satuan trafik dan GoS(Grade of Service) menyatakan derajat keandalan layanan, berapa jumlah blocking yang terjadi terhadap panggilan total).
Pada prakteknya tidak semua kanal TDMA tersebut bisa digunakan untuk kanal pembicaraan (TCH = Traffic Channel). Dalam sebuah BTS juga diperlukan SDCCH (Stand-alone Dedicated Control Channel) yang digunakan untuk call setup dan location updating serta BCCH (Broadcast Control Channel) yang merupakan kanal downlink yang memberikan informasi dari BTS ke MS mengenai jaringan, sel yang kedatangan panggilan, dan sel-sel di sekitarnya.
Bagian paling rendah dari sistem GSM adalah MS (Mobile Station). Bagian ini berada pada tingkat pelanggan dan portable. Pada tiap sel terdapat BTS (Base Transceiver Station). BTS ini fungsinya sebagai stasiun penghubung dengan MS. Jadi, merupakan sistem yang langsung berhubungan dengan handphone Anda.
BTS pada dasarnya hanya merupakan "pesuruh" saja. Otak yang mengatur lalu-lintas trafik di BTS adalah BSC (Base Station Controller). Location Updating, penentuan BTS dan proses handover pada percakapan ditentukan oleh BSC ini. Beberapa BTS pada satu region diatur oleh sebuah BSC.
BSC-BSC ini dihubungkan dengan MSC (Mobile Switching Center). MSC merupakan pusat penyambungan yang mengatur jalur hubungan antar BSC maupun antara BSC dan jenis layanan telekomunikasi lain (PSTN, operator GSM lain, AMPS, dll).Saat ini teknik switching terus berkembang, dan begitu pula pada layanan GSM. Beberapa operator GSM di Indonesia telah menerapkan Intelegent Network lanjutan dalam teknik switchingnya.
 

 Sistem Kerja Jaringan CDMA
Berbeda dengan teknologi GSM, teknologi CDMA tidak menggunakan satuan waktu, melainkan menggunakan sistem kode (coding). Prinsip ini sesuai dengan singkatan CDMA itu sendiri, yaitu Code Division Multiple Access. Jadi, sistem CDMA menggunakan kode-kode tertentu yang unik untuk mengatur setiap panggilan yang berlangsung. Kode yang unik ini juga akan mengeliminir kemungkinan terjadinya komunikasi silang atau bocor.
Seperti sudah dibahas di awal, CDMA tidak menggunakan satuan waktu seperti layaknya GSM/TDMA. ini menjadikan CDMA memiliki kapasitas jaringan yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan GSM. Namun, hal ini tidak berarti jaringan CDMA akan lebih baik daripada jaringan GSM karena tetap ada batasan-batasan tertentu untuk kapasitas jaringan yang dimiliki oleh CDMA.
Seperti jaringan GSM, analogi yang sederhana untuk memudahkan Anda memahami prinsip kerja jaringan CDMA. Analoginya seperti ini: jika jaringan GSM diumpamakan sebagai armada taksi, maka jaringan CDMA bisa diumpamakan sebagai sebuah bus. Sebuah bus (diumpamakan sebagai frekuensi) bisa menangani banyak penumpang bus (pengguna yang melakukan panggilan). Hal ini dimungkinkan karena setiap penumpang menggunakan kode tertentu yang unik. Hal ini juga yang memungkinkan tidak terjadinya komunikasi silang atau bocor. Setiap penumpang bisa berbicara dan menentukan tujuannya tanpa takut terganggu ataupun mengganggu penumpang lain. Bus ini juga tidak akan dimonopoli oleh satu orang saja, sehingga setiap orang bisa menggunakan bus tersebut untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuannya masing-masing.
Namun, seperti layaknya sebuah bus, jika sudah terlalu banyak penumpang maka jalannya semakin berat dan kenyamanan penumpang akan terganggu (isi dalam bus akan semakin sesak). Hal yang sama juga terjadi di jaringan CDMA yaitu jika jaringan sudah terlalu penuh, maka yang terjadi adalah penyusutan coverage area (ruang lingkup atau jangkauan) dan jaringan CDMA itu sendiri. Jika diumpamakan, semakin sesak isi bus maka ruang gerak setiap penumpang juga akan menyempit. Tidak jarang pula kualitas suara menjadi korban dan penuhnya jaringan CDMA.
 
Kesimpulan: Tidak ada gading yang tidak retak 
Sistem telepon selular berbasis digital, baik itu GSM maupun CDMA memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk area yang lebih padat penggunaannya, teknologi CDMA tampaknya lebih unggul untuk melayani banyak sambungan secara bersamaan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik dan janingan CDMA itu sendiri. Dengan menggunakan jaringan CDMA, sebuah daerah yang padat penggunaannya akan memiliki kemungkinan koneksi yang lebih tinggi, walaupun bisa jadi terjadi penurunan coverage area dan kualitas suara jika beban jaringan terlalu tinggi. Teknologi GSM pada intinya lebih sesuai untuk daerah yang tidak terlalu padat, namun sangat membutuhkan coverage area yang konstan. Selain itu, area perkotaan sekarang memiliki banyak gedung bertingkat. Karakter geografis seperti ini sangat berpotensi memperlemah sinyal sehingga coverage area semakin kecil.